Sunday, April 1, 2012

Unek-Unek Gembel tentang Kenaikan BBM

Baru kemarin mantengin tivi dan melihat breaking news bapak presiden ngomongin soal BBM.

Nanggepin nggak ya? Gw nggak terlalu ahli sih yaa kalo masalah menganalisis dari segi ekonomi macem kayak apa. Toh pak presiden juga udah mempidatokannya tentang segala macam perekonomian makro dan sebagainya tadi.

Cuma , entah kenapa setiap kali gue ngeliat pak presiden di tv, pasti yang jadi objek penglihatan gue untuk pertama kalinya adalah kantong matanya.
Mungkin beberapa orang masa bodo sama fisiknya, malah banyak yang menghina. Tapi nggak tau kenapa, kalo pemikiran gue berbeda. Gue justru kesian ngeliat beliau.

Udah lumayan kurusan lho si bapak. Cuma kantong matanya itu hampir mau balapan sama kacamatanya.

Suer, ini bukan menghina. Justru simpati.

Beliau capek lho, meskipun banyak yang menganggap beliau nggak becus mimpin negara. Nggak mendukung sebelah pihak dan nggak mau menghina sebelah pihak aja, sekarang gue lagi mau mencoba melihat, "yuk sama-sama peka satu sama lainnya".

That's it.

Yaaa, begitulah betapa menyedihkan tiap kali gue ngeliat si bapak. Hmm, sebegitu-begitunya, gue rasa beliau pasti ada tanggung jawabnya jadi pemimpin, sekecil apapun itu. Tapi entah mengapa banyak banget masyarakat seakan-akan jadi terasa nggak ikhlasnya menganggap beliau pemimpin negara, apalagi hari ini.

Dari tingkah demo anarkis mahasiswa yang menurut gue eerrrrr banget deh (faktor gak suka juga sih sama mahasiswa/masyarakat yang doyan demo). Bukan nggak memperbolehkan, tapiii hmmm bisa kali yaa kalo brainstorming dulu atau boleh lah demo tapiiii tetep ada etikanya.

Yang ini bener-bener nggak ada etika dan berasa jagoan dan berasa apa ya? Nggak mahasiswa. Rasanya nggak pantes aja menyelesaikan masalah dengan emosi berlebihan apalagi dengan kontak fisik sampai anarkis gitu.

Itu sih pendapat gue aja, entah mungkin orang yang nggak sepemikiran sama gue menanggapi kayak apa. Abisnya, rasanya semua kesalahan ditimpa ke presiden mulu sama masyarakat. Padahal, siapa sih yang nganggep gampang ngubah suatu dampak akibat perbuatan dan kebijakan 32 tahun yang berasa ngelotok banget di Indonesia? Utang negara, Korupsi, Kriminalitas, Kebebasan dalam segala hal saking bebasnya jadi berasa nggak punya etika lagi. Nggak gampang lho, dan kenapa masyarakat menuntut mengubah semua yang selama 32 tahun itu selama 5-10 tahun terakhir?
Bukan nggak mungkin, tapi pasti butuh proses. Dan itu bukan hal yang gampang. Butuh bantuan dari semuanya.
*Lagi-lagi nggak bermaksud membela, cuma mau ngajak peka aja*

Yang jadi petinggi-petinggi yang merasa nggak tau diri itu juga bodo amat sama nasib negara ke depannya. Seakan-akan mereka tuh, yang penting gue dapet jabatan, kerja, gaji gede, tunjangan gede, fasilitas mewah, nyaman, dan segala macam kebahagiaan lainnya, sampai mesin fotokopi paling hebat, studi banding yang yeaaahhh banget, dan toilet paling wah buat mereka, tapi nggak sadar kalo mereka juga bisa kepilih karena masyarakat Indonesia.

Gue rasa semuanya udah hilang etika, hilang rasa peduli satu sama lain. Nggak cuma pemerintahnya, Masyarakatnya juga sama. Main nyalahin orang seenaknya, tanpa melihat kondisi orang itu kayak gimana. Tapi giliran kalo sebenarnya masyarakat yang salah, terkadang mereka membela atas nama hak asasi manusia dan serta merta balik menyalahkan.

Apa ya? Coba deh saling ngerti satu sama lainnya. Toh udah gede semua kan? Gue juga yakin, orang-orang Indonesia tuh pinter-pinter, pemerintahnya pinter, masyarakatnya pinter, semuanya pinter-pinter.

Mana yang katanya rakyat Indonesia harus memiliki nilai-nilai Pancasila? Toh, nggak kerasa tuh beradabnya, persatuannya, kerakyataan permusyawaratan, keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Semuanya berantakan. Nggak menggurui sih, gue juga yakin kalo diri gue juga sama salahnya.

Cumaaaa ya itu tadi, ayo dong bareng-bareng bantu buat negara ini berubah. Bukan cuma tugas presiden aja, tugas pemerintah, tugas para ahli, dan kawan-kawannya. Tapi semuanya ikut bantu. Bisa kok, kalo semuanya juga ikutan sadar.

Nggak butuh sok merana buat kalian yang masih merasa kurang dalam hidup disini.
Nggak butuh sok suci buat kalian yang merasa paling bener di Indonesia.
Nggak butuh sok pinter buat kalian yang hebat-hebat otaknya.
Nggak butuh berani di awal tapi pengecut diakhir setiap tindakannya.
Nggak butuh berlaga paling berkuasa buat kalian yang emang punya posisi penting di negara ini.
Nggak butuh pinter ngomong doang buat kalian yang nggak bisa menunjukkannya dengan tindakan.
Nggak butuh yang doyan berkritik sok benar tapi padahal dia sendiri pernah ngelakuinnya.

Cuma butuh saling percaya, saling peduli, dan saling peka satu sama lain.

Itu aja. Sederhana tapi lebih berguna daripada yang di atas kan?
Nggak gampang sih, siapa juga yang bilang itu gampang?
Tapi, bukannya kalo sering dilakuin bisa jadi suatu kebiasaan? Dan kebiasaan itu nanti bisa jadi perilaku sendiri.
Yeaahh, nggak maksa sih, setiap orang kan beda-beda yaaa. Mungkin apa yang gue tulis dari awal sampau akhir tadi palingan juga ada yang nggak setuju.


Oh ya, lanjut deh sama soal BBM. Sebelumnya gue kan udah bilang di awal, kalo kalian nyari bagaimana pendapat gue dari sisi ekonomi bahkan teori ekonominya, sayang sekali lo semua nggak bakal menemukan hal itu disini. HAHA.
Tapi mungkin gue bisa menyarankan salah satu alternatif bagaimana caranya supaya BBM nggak naik, meskipun gue yakin ini kontroversi. Pajak buat kendaraan-kendaraan mewah. HAHA.
Pajak lagi-pajak lagi.
Kalo transparasi sih nggak masalah ya? Tapi disini ketransparasian tuh langka banget kayaknya. HAHAHA.
Tapi, balik lagi ke atas cuma butuh saling percaya, saling peduli, dan saling peka satu sama lain.

Gue rasa-rasanya pengen nyalonin salah satu kandidat buat jadi presiden Indonesia deh.
Yeaaah, ibu gue.
HAHA..
Sumpah deh, ibu gue hebat parah. Dengan uang Rp 50.000 bisa menghidupi 3 rumah sekaligus. HAHAHA.
Entah bagaimana caranya, gue juga nggak tahu. Tapi kalo ibu gue jadi presiden bisa kali ya, pengelolaan APBN jadi seminimal mungkin buat ratusan juta jiwa rakyat Indonesia. :p
Dan mungkin kalo ibu gue jadi presidennya, gue juga bakal nyalonin TANTE gue buat jadi menteri Keuangan. Buktinya, bisa tuh dia memanfaatkan uang Rp 50.000 tersebut buat menghidupi 3 rumah sekaligus.

#jangandibaca,tulisaninikacausekali#

Yeah, faktor stress juga mau ujian nih. Tapi gue, sebagai salah satu masyarakat dan rakyat Indonesia yang miris sekali terhadap pekembangan negara gue saat ini, makanya gue buat tulisan kacau kayak gini.

#haha..sampah#

Begitulah saudara-saudara. Hidup memang keras, makanya tolong DILUNAKKAN.

Zzzzztttttt....

No comments: