Friday, November 22, 2013

You Must Read It! (1) : Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah




“Cinta adalah perbuatan. Kata-kata dan tulisan indah adalah omong kosong.”


Itu salah satu baru salah satu dari sekian banyak quote-quote yang gue suka dari buku ini. Banyak lho kata-kata bagus yang bisa diambil dari buku ini.

Yup, Tere Liye sukses buat gue jatuh cinta sama buku-bukunya semenjak gue baca buku Hafalan Shalat Delisa, tapi buat gue yang ini jauh lebih buat gue jatuh cinta. Berharap buku yang romantis, cinta-cintaan anak remaja/abg galau nggak ketulungan? Sayang banget, buku ini isinya bukan tentang itu. Justru lebih dalam, bagaimana sebaiknya seseorang mampu mengendalikan perasaannya ketika menyukai seseorang, bukan justru diumbar-umbar nggak jelas.

Disini sih intinya cerita tentang seorang pemuda, 20an tahun lah, namanya Borno. Bukan dari keluarga kaya, justru berjuang mati-matian buat bisa mencari nafkah keluarganya. Salah satunya jadi "supir perahu" (lengkapnya baca sendiri ya). Suatu saat dia ketemu dengan seorang gadis keturunan cina, yang nggak sempat kenalan, tapi Borno ini bahasanya Love at First Sight gitu lah. Dia pokoknya ingin yang jadi "supir perahu" nya gadis itu kalau si gadis ingin naik perahu. Yaaa, perjuangannya oke punya lah untuk ukuran sekedar "ingin kenalan" sama seorang gadis yang sama sekali belum pernah ketemu pada awalnya.

Mengharapkan setting gaya pacaran anak zaman sekarang? Sekali lagi, nggak bakal ketemu. Dibuku ini bagus banget dimana seseorang untuk mencintai orang lain nggak perlu sampai segitunya.


“Sejatinya, rasa suka tidak perlu diumbar, ditulis, apalagi kau pamer-pamerkan. Semakin sering kau mengatakannya, jangan-jangan itu semakin hambar, jangan-jangan kita mengatakannya hanya karena untuk menyugesti, bertanya pada diri sendiri, apa memang sesuka itu".”


Dan sampai suatu hari si gadis menghilang dari kehidupan si Borno, dan ternyata alasannya itu ada kaitannya dengan kehidupan Borno sendiri. Gue memberikan kesempatan untuk kalian membacanya sendiri. Hahaha.
Lengkap semuanya, tentang pengharapan, tentang mencintai dan dicintai, tentang pengorbanan perasaan pun juga ada. Setting dari ceritanya di daerah Kalimantan dan bahasa percakapan juga dibuat sedikit melayu, sukses menambah pengetahuan saya dikit-dikit tentang hal-hal yang baru.


“Aku hanya berani bermimpi, sungguh tidak terhitung berapa kali aku bermimpi tentang kau.”

Ah, Tere Liye berhasil menyuguhkan suatu cerita tidak secara gamblang Islami (karena sebelumnya pun buku yang gue baca adalah Hafalan Shalat Delisa) tapi mengajarkan kita untuk, ayo budayakan kembali nilai-nilai budaya timur nya. Jangan bangga sama pacaran, bagaimana mengendalikan perasaan, dan bagaimana mencintai seseorang dengan ikhlas.

Recommended banget. Bahkan gue suka merekomendasikan buku ini ke teman-teman gue.

Terakhir, gue paliiiiiiing suka banget sama kata-kata ini,

“Cinta sejati selalu menemukan jalan, Borno. Ada saja kebetulan, nasib, takdir, atau apalah sebutannya. Tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku sedang dirudung cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita, khawatir, cemas, serta berbagai perangai norak lainnya. Tidak usahlah kau gulana, wajah kusut. Jika berjodoh, Tuhan sendiri yang akan memberikan jalan baiknya.”

Tertarik baca? Gue harap kalian setelah baca buku ini jadi ngerasa, "Oke! Gue pengen banget beli buku ini!"
#Nggak bermaksud promosi juga ya..

Selamat membaca! :)

No comments: