Masih dengan rindu yang sama, aku selalu ingin mengenalmu. Kali ini bukan karena waktu yang begitu lama tak mempertemukan kita atau jarak yang menyulitkan untuk bersua. Bukan karena janji-janji atau harapan yang mungkin tak pasti. Tapi, aku hanya ingin sekedar mengingatkan pada diriku sendiri bahwa betapa beruntungnya aku diperkenankan mengenal pribadi seperti mu.
Entah niat yang muncul dari mana, aku bisa senantiasa berlaku demikian. Seakan-akan ini bukan suatu kebiasaan lagi, jika ada kata yang lebih tepat selain kata itu. Aku mencoba untuk menyudahi dengan segala cara agar rindu ini menghilang, tapi apa daya, rasanya mengenangmu pun tak akan pernah habis untukku. Lebih dari segala situasi dan kondisi hati yang aku rasakan akibat perbuatanmu, tapi entah mengapa tak pernah sekalipun aku merasa menyesal bisa mengetahui siapa dirimu.
Aku sudah terbiasa dengan terpisahnya jarak dan waktu. Karena buat ku hal itu akan perlahan-lahan memudar bersama kesibukan aktivitas-aktivitasku dan dengan cepatnya aku bisa melupakan segala hal yang bahkan tak pernah terpikirkan untuk dilupakan. Tapi entah mengapa tidak untukmu. Entah karena kau terlampau hebat di pikiranku atau entah aku jatuh hati karena kebaikan-kebaikanmu. Rasanya semua pun tak bisa kupahami dengan akal sehatku.
Yang aku tahu, aku hanya jatuh hati padamu. Dan lagi-lagi, karena apa, aku angkat tangan. Menyerah. Aku tidak memaksakan hati ku sendiri untuk kamu tapi semua berjalan begitu saja dan itu yang dirasa. Aku sendiri bukan siapa-siapa bahkan aku pun sadar, mungkin kau sendiri tidak merasakan bahkan melakukan hal yang sama seperti yang saat ini aku rasa dan lakukan. Seperti menghabiskan waktu dengan perbuatan yang sia-sia, kalau kata orang. Tapi buat ku, tidak ada perbuatan yang sia-sia, yang menjadikannya sia-sia justru pikiran kita sendiri, bukan?
Dan aku tak mau seperti itu.
Masih dengan rindu yang sama, aku selalu ingin mengenalmu. Terkadang menguap bersama hembusan angin, terbawa rintikan hujan, terlukis sapuan pelangi, hingga tercetak dalam bentangan malam. Aku tak pernah meminta kembali janji-janji atau segala macam yang pernah kau ucapkan agar kembali kau bawa kehadapanku, kau berikan, dan kau tepati semua. Aku tak butuh itu.
Aku hanya butuh kau ingat aku.
Sama seperti aku yang selalu mengingatmu.
Mungkin aku seperti orang bodoh. Tapi lagi-lagi itu kata orang, bukan. Semua butuh pengorbanan. Seperti Hukum I Newton, dimana benda saja akan bergerak jika ada gaya yang resultannya tidak nol. Sama seperti hidup, yang dilihat itu proses, besarnya usaha dan doa, dan supaya semua bergerak menuju hasil. Dan usaha ku? Pastinya tidak hanya sekedar mengenangmu saja.
Lagi-lagi, entah seperti apa aku jatuh hati padamu, tapi rasa ini seperti sudah membatu dalam hati dan sulit untuk dipecahkan. Jika ada kata yang tepat dan lebih mahadahysat dari kata “menyayangi”, aku akan menggunakannya untukmu. Mengapa bukan “mencintai”? Karena bagiku, mencintai yang paling dahsyat hanya untuk Tuhan.
Apa semua karena kebaikanmu? Atau karena sosokmu lebih dari sebuah kebaikan? Aku berdoa semoga Allah ciptakan rasa jatuh hati yang sama seperti yang aku rasakan untukmu. Hingga sampai saatnya yang juga ditentukan oleh Nya.
Masih dengan rindu yang sama, aku selalu ingin mengenalmu.
Entah niat yang muncul dari mana, aku bisa senantiasa berlaku demikian. Seakan-akan ini bukan suatu kebiasaan lagi, jika ada kata yang lebih tepat selain kata itu. Aku mencoba untuk menyudahi dengan segala cara agar rindu ini menghilang, tapi apa daya, rasanya mengenangmu pun tak akan pernah habis untukku. Lebih dari segala situasi dan kondisi hati yang aku rasakan akibat perbuatanmu, tapi entah mengapa tak pernah sekalipun aku merasa menyesal bisa mengetahui siapa dirimu.
Aku sudah terbiasa dengan terpisahnya jarak dan waktu. Karena buat ku hal itu akan perlahan-lahan memudar bersama kesibukan aktivitas-aktivitasku dan dengan cepatnya aku bisa melupakan segala hal yang bahkan tak pernah terpikirkan untuk dilupakan. Tapi entah mengapa tidak untukmu. Entah karena kau terlampau hebat di pikiranku atau entah aku jatuh hati karena kebaikan-kebaikanmu. Rasanya semua pun tak bisa kupahami dengan akal sehatku.
Yang aku tahu, aku hanya jatuh hati padamu. Dan lagi-lagi, karena apa, aku angkat tangan. Menyerah. Aku tidak memaksakan hati ku sendiri untuk kamu tapi semua berjalan begitu saja dan itu yang dirasa. Aku sendiri bukan siapa-siapa bahkan aku pun sadar, mungkin kau sendiri tidak merasakan bahkan melakukan hal yang sama seperti yang saat ini aku rasa dan lakukan. Seperti menghabiskan waktu dengan perbuatan yang sia-sia, kalau kata orang. Tapi buat ku, tidak ada perbuatan yang sia-sia, yang menjadikannya sia-sia justru pikiran kita sendiri, bukan?
Dan aku tak mau seperti itu.
Masih dengan rindu yang sama, aku selalu ingin mengenalmu. Terkadang menguap bersama hembusan angin, terbawa rintikan hujan, terlukis sapuan pelangi, hingga tercetak dalam bentangan malam. Aku tak pernah meminta kembali janji-janji atau segala macam yang pernah kau ucapkan agar kembali kau bawa kehadapanku, kau berikan, dan kau tepati semua. Aku tak butuh itu.
Aku hanya butuh kau ingat aku.
Sama seperti aku yang selalu mengingatmu.
Mungkin aku seperti orang bodoh. Tapi lagi-lagi itu kata orang, bukan. Semua butuh pengorbanan. Seperti Hukum I Newton, dimana benda saja akan bergerak jika ada gaya yang resultannya tidak nol. Sama seperti hidup, yang dilihat itu proses, besarnya usaha dan doa, dan supaya semua bergerak menuju hasil. Dan usaha ku? Pastinya tidak hanya sekedar mengenangmu saja.
Lagi-lagi, entah seperti apa aku jatuh hati padamu, tapi rasa ini seperti sudah membatu dalam hati dan sulit untuk dipecahkan. Jika ada kata yang tepat dan lebih mahadahysat dari kata “menyayangi”, aku akan menggunakannya untukmu. Mengapa bukan “mencintai”? Karena bagiku, mencintai yang paling dahsyat hanya untuk Tuhan.
Apa semua karena kebaikanmu? Atau karena sosokmu lebih dari sebuah kebaikan? Aku berdoa semoga Allah ciptakan rasa jatuh hati yang sama seperti yang aku rasakan untukmu. Hingga sampai saatnya yang juga ditentukan oleh Nya.
Masih dengan rindu yang sama, aku selalu ingin mengenalmu.
No comments:
Post a Comment